Assalamualaikum...Selamat datang di Cepi's Notes. Sesuai judulnya, blog ini hanyalah berisi catatan-catatan pribadi saya tentang beberapa hal yang saya lihat, dengar, dan rasakan. Karenanya, tentu tidak menjamin kepuasan Anda, hehehe... Terima kasih telah mampir.

Konsep Diri

You don't think what you are, you are what you think.

Ungkapan di atas sering dilontarkan para motivator berkaitan dengan keutamaan berpikir positif. Memiliki pikiran positif memang diyakini akan membuahkan hal-hal yang positif pula. Sebaliknya? Ga perlu dikatakan lagi.

Hal tersebut di atas berkaitan pula dengan apa yang dinamakan dengan konsep diri. Konsep diri itu sendiri pelabelan diri sendiri yang dengan label yang telah dilekatkannya itulah seseorang bertindak. Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya Psikologi Komunikasi (2001:104) memberi contoh. Seorang mahasiswa yang menganggap dirinya sebagai seorang yang rajin, ia akan berusaha hadir pada setiap perkuliahan, mengerjakan tugas dengan baik, membuat catatan-catatan perkuliahan dengan baik pula. Jadi malu, saya tidak melakukan itu semua, hehehe… Begitu juga seorang gadis yang menganggap dirinya ' menarik;cantik' ia akan berpakaian rapi, menggunakan kosmetik yang tepat. Pokoknya, dia akan berusaha sebaik mungkin dan berpenampilan aduhai…..

Sebaliknya, orang yang merasa rendah diri akan susah mengkomunikasikan gagasan-gagasannya kepada orang-orang yang dihormatinya; susah berbicara di depan umum, dan dia akan terpenjara dalam gejolak pikiran yang tak sanggup ia kemukakan.

Kecenderungan untuk berperilaku sesuai dengan konsep diri dinamai Jalaluddin Rakhmat sebagai nubuat yang dipenuhi diri sendiri. Jika kita berpikir kita bodoh, maka kita bodoh beneran. Sebaliknya jika kita merasa mampu menyelesaikan suatu masalah, maka kita akan mampu menyelesaikan masalah-masalah itu.

Dalam pelajaran mahfudhat, saya pernah diajari kalimat ini:

الناس مِنْ خوف الذل فى الذل والناس من خوف الخطاء فى الخطاء
Seseoran yang takut/merasa hina, maka dia telah berada dalam kehinaan yang ditakutinya, dan yang takut salah maka dia sudah tenggelam dalam kesalahan itu sendiri.

Bagaimana kalau kita melakukan sesuatu dan merasa takut riya?

William D. Brooks dan Philip Emmert (1976) dalam Jalaludin Rakhmat, membagi konsep diri kedalam konsep diri negatif dan positif. Berikut penjelasan dari keduanya:

- Tanda orang yang memiliki konsep diri negatif:
1.Ia peka pada kritik. Orang ini tidak tahan dikritik. Jika dikritik ia mudah naik marah. Kritikan dianggapnya sebagai usaha untuk menjatuhkan harga dirinya. Oleh karena itu, dalam komunikasi, orang semacam ini sangat menghindari dialog yang terbuka, dan bersikeras mempertahankan pendapatnya meski hanya berdalil logika yang salah/keliru.
2.Responsif terhadap pujian. Ia sangat senang sekali dipuji, meski kadang-kadang berpura-pura anti pujian.
3.Hiperkritis. Ia selalu mengeluh, mencela, dan meremahkan apapun dan siapapun. Apapun yang dilakukan orang lain yang tidak disenanginya dianggap salah. Dia sangat mahal sekali untuk mengaku kelebihan orang lain.
4.Cenderung merasa tidak disenangi orang lain.
5.Bersikap pesimis terhadap kompetisi . Ia enggan bersaing, karena merasa tidak akan mampu.

- Tanda orang yang memiliki konsep diri positif:
1.Ia yakin akan kemampuannya mengatasi masalah
2.Ia merasa setara dengan orang lain
3.Ia menerima pujian tanpa rasa malu
4.Ia menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat
5.Ia mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kperibadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya.

So, konsep seperti apa yang kita miliki? Kalau saya, konsep diri negatif sepertinya, hehe…

Kontak Kami

Buku Tamu

Name *
Email *
Message *
Powered byEMF Web Forms Builder
Report Abuse

Tak Semudah Narik Kolor

Menyikapi mudahnya pencalonan anggota legislatif pada pemilu 2009 seolah ada tren baru dalam dunia politik kita. Ketika kualitas calon tidak lagi dipertimbangkan, 'manusia beruang' kini diutamakan. Apa yang akan terjadi terhadap bangsa ini jika para petingginya asal-asalan???

Tanpa bermaksud meremehkan para calon legislatif yang sudah ada,-karena saya juga sadar belum tentu bisa makanya tidak memaksakan diri mendaftar- jika keraguan itu ada. Masalahnya jika suatu perkara itu diserahkan kepada siapapun yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancuran begitu sabda nabi. Artinya, sejak dahulu Islam mengajarkan bahwa siapapun yang diserahi urusan haruslah sesuai dengan kualifikasinya. Apalagi ini untuk kepentingan yang menyangkut kehidupan orang banyak.

Tugas para anggota dewan sesungguhnya tidak semudah narik kolor. Karena itu dibutuhkan kesiapan segalanya dari mereka yang berniat duduk di kursi dewan. Tantangannya pun banyak, harta dan wanita dua hal yang sangat jelas di depan mata. Sudah banyak korban dari keduanya; banyak anggota dewan yang terpaksa harus 'ngaji' -semoga demikian- di balik jeruji besi, meskipun asramanya tak seperti mereka pelaku maling ayam.

Disini jelas sekali bahwa siapapun yang akan menjadi anggota legislatif harus benar-benar orang yang mempunyai niat yang untuk mementingkan kepentingan rakyat dan negara. Di sana mereka ada atas nama rakyat. Salah besar jika niatnya adalah untuk mencari kekayaan.

TEKNOSESALIKA

oleh: faqirurahmatirabbih

buku itu
diberikan dari sebelah kiriku
berisi data-data perilaku busukku
yang belum ke delete karena keangkuhanku

kini semua orang bisa melihatnya via monitor
semua perkerjaanku yang kotor
tergambar lagi sifatku yang diktator
tersesat di belantara karena tak bawa obor

kini masa tak bisa merecovery
amal baik yang pernah terjadi
hanya ada di memory
dan sesal yang kualami

virus telah membuat perjalananku tak mulus
myheart, mylove, brontok, terrosit
adalah virus-virus itu
telah merusak bagian harddisku

astaghfirullah...
kenapa aku tidak login kepada Allah
bukankah dia pemberi rahmat
yang bisa diakses setiap saat
Dia selalu online setiap saat

Medan Juang,14 Ramadhan